A. PERSIAPAN PRODUKSI
Tahap persiapan produksi merupakan tahap awal yang harus dilakukan
sebelum melakukan proses produksi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
mengatur keadaan-keadaan sehingga pada waktu yang ditentukan pekerjaan
pembangunan kapal dapat dilaksanakan dan ditetapkan. Ruang lingkup tahap
ini yaitu :
- Dokumen produksi (umum) yang meliputi gambar dan daftar material, perkiraan kebutuhan tenaga kerja, dan perkiraan kebutuhan material.
- Tenaga kerja yang kaitannya dengan kualifikasi dan jumlah tenaga kerja dan pekerjaan lain.
- Material yang perlu dipersiapkan dengan mempertimbangkan : keadaan atau stock gudang, pemakaian material untuk pekerjaan, pemesanan/pembelian material dari luar (jumlah dan waktu pembelian).
- Fasilitas dan sarana produksi yang meliputi : kemampuan bengkel produksi, kapasitas mesin-mesin, alat-alat angkat yang tersedia (jumlah , kapasitas, macam dan tempat ), keadaan building berth.
Pada
tahap ini, untuk pertama kalinya spesifikasi kapal yang ditentukan
sesuai dengan kontrak/pesanan diterjemahkan dalam bentuk:
a. Rancangan dasar, meliputi :
1. Rencana garis (Lines plan)
2. Rencana umum (General arrangement)
3. Penampang melintang dan konstruksi profil (Midship section)
4. Bukaan kulit (Shell expansion).
b. Rancangan rinci, meliputi :
1. Konstruksi block termasuk sambungan-sambungannya.
2. Gambar perintah kerja, seperti : eye plate position, welding procedure, welding table, cathodic protection arrangement dan lain-lain.
3. Gambar detail untuk pekerjaan out fitting, seperti : konstruksi manhole/deksel, tangga akomodasi, pondasi windlass, bollard, towing bracket, pondasi chain stopper dan sebagainya.
4. Gambar detail untuk erection yaitu keel laying position.
5. Gambar detail peluncuran , seperti : situation building, standing & sliding way, plat pengikat peluncuran dan sebagainya.
6. dan lain-lain.
Pekerjaan selanjutnya adalah planning yang merupakan pembuatan rencana produksi yang terdiri dari :
a. Pembuatan schedule, pembangunan ( penjadwalan tiap tahap dan keseluruhan).
b. Alokasi standar kerja ( kebutuhan dan kualitas tenaga kerja ).
c. Perkiraan peralatan yang dibutuhkan subkontraktor.
B. Mould Loft
Pada
tahap ini yang dilakukan adalah pembuatan gambar produksi ke ukuran
yang sebenarnya. Namun karena perkembangan zaman penggambaran ini bisa
diganti dengan gambar produksi yang dibuat dengan menggunakan software
dengan skala yang diperlukan
C. FABRIKASI
Hal-hal yang harus dilakukan dalam tahapan ini diantaranya :
¨ Identifikasi material
Sebelum dilakukan identifikasi material ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain :
§ Kondisi permukaan pelat yang diidentifikasi harus sudah dishop primer.
§ Rata, tidak berlubang-lubang atau laminasi bila ada masih masuk standar.
§ Pelat tersebut akan digunakan sebagai komponen kapal
Hal yang dilakukan dalam identifikasi material adalah pengecekan
material apakah sudah sesuai standart atau belum. Material yang dipesan
harus dicocokkan dengan sertifikatnya mengenai ukurannya ( panjang,
lebar, dan tebalnya) Apabila tidak memenuhi standart atau ada cacat,
material tersebut bisa dikembalikan atau ditukar.
¨ Marking
Marking
adalah pemberian tanda kerja pada material. Karena tepi-tepi material
tidak siku maka material tersebut harus disikukan terlebih dahulu dengan
cara membuat garis siku pada tepi material dengan bantuan rumus
phytagoras. Dengan panjang dan lebar berkelipatan 3 dan 4 sehingga sisi
miringnya berkelipatan 5. Dengan kelipatan 3 untuk bagian lebar pelat
dan yang berkelipatan 4 untuk bagian panjang pelat. Setelah itu diukur
diagonal-diagonalnya, perbedaan maksimal antara diagonal kiri dan kanan
maksimum 3 mm. Apabila telah memenuhi, maka pelat tersebut dianggap
siku. Setelah itu material diberi tanda sesuai dengan gambar pada nest
drawing. Pada nest drawing hanya menunjukkan gambar keseluruhan untuk
suatu komponen konstruksi. Untuk bagian-bagian dan ukuran-ukuran yang
ada pada komponen tersebut bisa dilihat pada gambar piece drawing. Untuk
detail jumlah dari bagian-bagian yang akan dibuat bisa dilihat pada
marking list. Marking list adalah suatu tabel yang berisi tentang daftar gambar komponen-komponen konstruksi. Dalam proses marking ada beberapa cara, yaitu :
1. Low – Ma
Artinya marking pada bagian bawah material
2. Up – Ma
Marking pada bagian atas
3. In – Ma
Marking pada bagian dalam
4. Out – Ma
Marking pada bagian luar
5. Fore – Ma
Marking pada bagian depan
6. After – Ma
Marking pada bagian belakang
Disini
semua yang menjadi acuan adalah posisi kapal sendiri. Seperti low-ma,
itu berarti yang dimarking adalah bagian bawah pelat, jika pelat itu
dipakai seperti pelat geladak, berarti yang markingnya dibagian
bawahnya. Cara-cara tersebut dibedakan berdasarkan dimana bagian
tersebut akan ditempatkan.
Gambar 3.2.1 Proses Marking
¨ Cutting
Pemotongan
pelat pada tahap fabrikasi merupakan tahap pengerjaan awal material
yang bisa menimbulkan variasi ukuran hasil produksi sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan. Item yang perlu diperiksa :
· Ukuran panjang dan lebar
· Diagonal, bentuknya
· Tanda-tanda lambung/kode penempatan komponen
· Tepi komponen yang bebas, tidak boleh ada kerak pemotong
· Tepi dan sudut bevel
· Tepi bevel komponen tidak boleh ada takik
· Arah sudut bevel dan lain-lain
Proses
cutting itu sendiri dikerjakan secara manual dan otomatis. Secara
manual dikerjakan dengan alat yang disebut brander potong, sedangkan
secara otomatis dikerjakan dengan menggunakan mesin yang cara kerjanya
dengan sistem koordinat.
Gambar 3.2.2 Mesin Cutting CNC
¨ Forming
Pada beberapa konstruksi kapal terdapat bagian yang berbentuk lengkungan. Untuk mendapatkan konstruksi bagian yang melengkung tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan:
a. Cara dingin, yaitu dengan menggunakan mesin press untuk melakukan penekanan
b. Cara panas, yaitu dengan memakai panas api gas acetylen yang disemburkan secara line heating, spot heating, atau keduanya.
Dalam melakukan pembendingan dibantu dengan menggunakan rambu bending. Rambu
bending ini berfungsi sebagai alat pemeriksa apakah hasil pembendingan
atau bentukan tadi sudah sesuai dengan yang diharapkan. Untuk
pengerjaan ini juga harus dilakukan sesuai dengan marking yang sudah
diberikan.Pelat yang sudah dipotong sebagian ada yang memerlukan proses
pembentukan, di mana pelaksanaannya dapat dilakukan dengan :
Ø Proses dingin (menggunakan mesin bending)
Ø Proses panas/fairing (pemanasan dengan blander, setelah pelat memerah karena panas lalu ditekuk)
Pemeriksaan
apakah hasil pembentukan sudah sesuai dengan informasi dari marking.
Material pelat diperiksa dengan rambu bending (kayu) dengan cara
menempatkan rambu kayu di atas pelat yang telah dibentuk, kemudian
dicocokkan tanda marking pelat dengan tanda marking rambu dan harus
segaris yaitu $ dengan tanda $. Tanda marking sudut dari tiap-tiap rambu
harus diperhatikan, sudut kemiringannya berapa derajat ke arah
fore/after. WL denganWL, C dengan C. Pemasangan rambu pada tiap garis
gading dapat memakai bantuan jig penahan untuk menyangga rambu agar
berdiri dengan tegak. Penempatan rambu pada tiap gading harus segaris
dengan tanda marking pada pelat. Tepi pelat harus lurus atau searah
Gambar 3.2.3 Pelat yang telah di-bending
Masalah-masalah yang sering timbul
Proses
fairing yang dilakukan dengan blander pemanas tidak dilakukan dengan
pengecekan suhu material saat dipanaskan. Material yang dipanaskan
dibiarkan sampai memerah baru kemudian ditarik lagi. Saat memerah ini,
kemungkinan besar material telah mencapai temperatur AC1 yaitu
temperatur di mana struktur material tersebut telah mulai berubah dan
biasanya berubah menjadi martensit (menjadi lebih brittle). Kondisi ini
diperparah, karena pada saat itu, material ditekuk. Hasil dari proses
fairing ini beresiko tinggi mengalami penurunan mechanical properties.
Sangat berbahaya bila material yang telah difairing ini digunakan untuk
bagian konstruksi yang menerima beban langsung dan berat seperti
kantilever dan lain-lain.
¨ Fitting Fabrication
Adalah penyetelan material-material yang akan digabungkan, misalnya penyetelan antara pembujur dengan pelat, dll
¨ Welding Fabrication
Penyambungan
bagian-bagian yang telah dipasang dengan cara pengelasan. Sebelum itu
pada material yang akan digabung dipasang stoper yang berfungsi untuk
mencegah deformasi. Ada 3 pengelasan yang digunakan pada PT. Jasa Marina
Indah yaitu :
1. SMAW ( Shield Metal Arc Welding )
Pengelasan
ini menggunakan electroda batangan yang juga berfungsi sebagai
shielding ( pelindung ). Shield ini berasal dari dekomposisi electode
flux coating. Fungsi dari pelindung ini adalah untuk mencegah Weld
terkontaminasi dengan udara luar. Electrode pada SMAW bisa dioperasikan
pada arus AC, DCEP, dan DCEN. Pengelasan ini bisa digunakan untuk semua
posisi, dan bisa digunakan untuk ketebalan pelat yang bermacam-macam.
Namun tidak efektif apabila digunakan untuk penyambungan yang relatif
panjang, selain itu juga harus ada perlakuan khusus apabila elektrodenya
menggunakan low hidrogen. Elektrode low hidrogen harus di open terlebih
dahulu sebelum digunakan.
Gambar 3.2.4 Elektroda Las SMAW
2. FCAW ( Flux Core Arc Welding )
Pengelasannya
menggunakan electrode roll, electrodenya terdiri dari filler metal yang
dilapisi oleh flux. Flux ini nantinya akan membentuk slag yang
berfungsi melindungi Weld metal dari pengaruh udara luar. Dengan adanya
slag ini coolling rate dari Weld metal semakin tinggi sehingga sifat
dari sambungan lasnya menjadi ductile. Pada alatnya terdapat tabung yang
berisi gas argón, karbondioksida atau campuran antara keduanya. Gas ini
berfungsi sebagai penyeimbang dari busur lasnya dan juga memberikan
mechanical properties yang bagus pada akhir pengelasan. Pengelasn ini
bisa dilakukan untuk semua posisi.
Gambar 3.2.5 Mesin Las FCAW
3. SAW ( Submerge Arc Welding )
Digunakan
untuk penyambungan pelat yang panjang, karena pengelasan SAW bekerja
semi automatis. Electrodenya hampir sama dengan pengelasan FCAW, namun
pada pengelasan ini shielding atau pelindungnya menggunakan pasir.
Fungsi dari pasir ini adalah untuk melindungi Weld metal agar tidak
terkontaminasi dengan udara luar dan juga agar coolling rate dari
sambungan lasnya tinggi sehingga menghasilkan sambungan las yang
bersifat ductile. Pasir yang digunakan adalah pasir kwarsa. Pelat yang
akan disambung tidak perlu di bevel.
Gambar 3.2.6 Mesin Las SAW Gambar 3.2.7 Pasir kwarsa untuk SAW
Gambar 3.2.8 Hasil las SAW
Setiap proses pada akhir pengerjaan diperiksa oleh QC, dan apabil;a telah memenuhi bisa dilanjutkan ke langkah berikutnya.
D. ASSEMBLY
Sebelum
dilakukan proses assembly, hasil dari pekerjaan fabrikasi diperlukan
untuk pengecekan baik bentuk maupun ukuran serta tandanya yang berguna
untuk mengurangi kesalahan dalam pekerjaan assembly. Pada tahap ini,
panel yang akan dibentuk diletakkan diatas jig dan dikerjakan secara
terbalik untuk mengurangi pengelasan overhead yang dapat berakibat
incomplete penetration.
Pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini meliputi :
· Penyambungan pelat
· Pemasangan stiffeners
· Merakit floor
· Pemasangan face plates
· Merakit web frames
Pada tahap
ini, komponen-komponen pelat yang sudah diselesaikan di fabrikasi
dirakit sesuai dengan letal dan urutannya, dari seksi menjadi bagian
misalnya:
· Bottom terdiri dari portside, center dan starboard.
· Transverse bulkhead terdiri dari portside dan starboard
· Side shell terdiri dari portside dan starboard
· Deck terdiri dari portside,center dan starboard
Dalam pengerjaan menggunakan metode panel dengan urutan sebagai berikut:
· Penyambungan butt joint antara pelat dengan pelat dengan menggunakan SAW
· Pemasangan pembujur pada pelat dengan pengelasan tertutup
· Pemasangan pelintang dengan pengelasan menerus
· Pengelasan potongan pelat pada scallop dan pembujur.
Selanjutnya panel-panel ini dikerjakan dan disambung satu sama lain menjadi bagian yang lebih besar, yang disebut seksi blok.
Gambar 3.2.9 Proses Assembly
Untuk
galangan yang menggunakan metode blok, maka pada tahap assembly sudah
dikerjakan penyambungan seksi-seksi blok menjadi blok. Karena pada
galangan ini menggunakan metode block, maka tiap-tiap seksi block
digabung pada tahap ini.
¨ Fitting Assembly
Dimensi dan kelengkapan konstruksi sesuai dengan gambar kerja. Hal-hal yang harus diperhatikan :
§ Penyimpangan dimensi tidak boleh melebihi batas toleransi yang ada di class
§ Apabila ada penyimpangan pemasangan dan jumlahnya banyak, maka harus dibuat NCR sheet.
§ Bila ada kejanggalan konstruksi meskipun sudah sesuai drawing agar dibuatkan CA sheet ke design.
Data-data yang didapatkan dalam pemeriksaan dimasukkan dalam QC check sheet struktural setelah diisi dulu oleh QC bengkel.
¨ Persiapan Pengelasan
Dalam persiapan ini yang dilakukan antara ain :
1. Memeriksa kampuh las apakah sudah sesuai dengan standar, WPS, welding detail dan prosedur.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada setiap kampuh las yaitu
§ Metode pengelasan
§ Besarnya gap
§ Kekasaran dan takik pada alur las
§ Kelurusan (alignment)
§ Bentuk bevel sesuai sesuai WPS
§ Bersih dari kotoran, air atau minyak
3. Beberapa standar sambungan yang perlu diperhatikan antara lain :
§ Misalinement/ketidaklurusan
§ Takik/kekasaran kampuh, roughness/kekasaran
Selanjutnya hasil pemeriksaan dicatat dalam QC check sheet.
¨ Welding Chek
Hal-hal yang harus diperiksa adalah :
1. Daerah las harus bersih dari kerak,kotoran dan air agar cacat las bisa terlihat
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan las
o Besar leg length
o Tinggi reinforcement untuk las butt
o Under cut
o Ketinggalan las, retak, porosity, spatter, bekas stoper, dan round weld
3. Hasil pemeriksaan dicatat dalam QC check sheet.
¨ Deformasi
1. Pemeriksaan
dengan cara membentangkan benang,kemudian ukur jarak antar pelat
terluar dengan benang terdalam dan didapat besarnya deformasi pelat.
2. Pengukuran dilakukan sesuai aturan untuk tiap posisi sebagai berikut :
¨ Deformasi pelat antar gading-gading
¨ Deformasi gading antara gading besar
¨ Deformasi antara komponen-komponen lain
¨ Deformasi pada joint plate
3. Memberi tanda pada obyek pemeriksaan deformasi yang melebihi standar.
Setelah pemeriksaan data deformasi yang didapat dicatat pada QC check sheet
¨ Ketepatan ukuran
Sebelum
melakukan pemeriksaan ketepatan ukuran perlu mempersiapkan alat-alat
ukur yang dipakai harus terkalibrasi. Selain itu juga menyiapkan
inspection record yang dibuat oleh desain bersama dengan drawing. Hasil
pengukuran dibandingkan dengan block sebelumnya yang sudah diukur.
Pengukuran block dilakukan oleh tim accuracy control dan bengkel
sementara QC akan menyaksikan saat pengukuran. Tim accuracy juga
melakukan pengukuran saat erection yaitu keel deflection dan dimensi
kapal. Pengukuran block sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah
pengelasan. Bila menemukan bentuk block yang salah segera dilaporkan dan
diusahakan perbaikannya saat diassembly jangan saat di erection karena
akan memakan material, jam orang dan waktu yang lebih banyak disamping
mutunya lebih jelek. Hasil pengukuran dicatat pada QC check sheet.
¨ Block blasting dan pengecatan
Pemeriksaan pada tahap ini meliputi 3 tahap yaitu :
1. pemeriksaan tahap persiapan
¨ Temperatur pelat yang akan dicat disesuaikan dengan data teknis dari merk dan jenis cat
¨ Pelat harus bebas dari debu, pasir dan kotoran
¨ Standar kekasaran permukaan harus sesuai dengan spesifikasi
2. pemeriksaan tahap pengecatan
¨ kelembaban udara sebelum dan saat pengecatan
¨ temperatur basah dan kering dari udara
¨ temperatur pelat/material
3. pemeriksaan hasil pengecatan
¨ ketebalan cat pada tiap lapisan baik kondisi basah/kering
¨ cacat yang ditemukan harus diberi tanda pada obyek
¨ perbaikan cacat cat harus sesuai dengan petunjuk teknis dari spesifikasi jenis cat
Pemeriksaan
dilakukan pada tiap lapisan dan untuk daerah tangki pada lasan diberi
selotip. Data pemeriksaan dicatat pada QC check sheet.
Gambar 3.2.10 Alat Blasting
Gambar 3.2.11 Proses blasting
Masalah-masalah yang sering timbul :
1. Sering terjadi misalinement pada saat pengefittan.
Penanganan :
a. Perbaikan dengan cara pemutusan tack weld dengan blander pemotong atau gouging
b. Setelah itu pengetackan diulang dan sebagian material yang akan disambungkan di tanggem.
c. Lalu pengelasan dilakukan dengan tanggem dipasang untuk meluruskan bagian yang tidak lurus.
2. Banyak terjadi slag inclusion
Penanganan :
a. Weld metal digerinda
b. Dilakukan pengelasan ulang
3. Hasil
pengelasan overhead dan vertikal kurang bagus karena ampere yang tidak
dikecilkan setelah melakukan pengelasan flat. Meskipun hal ini telah
disiasati oleh welder dengan melakukan las sentuh, hasil pengelasan
tetap terlihat kurang bagus.
4. Perlengkapan keamanan yang dikenakan pekerja kurang memenuhi persyaratan K3.
5. Banyak terjadi round weld yang malah mengurangi logam induk.
Penanganan :
a. weld metal digerinda
b. pengelasan ulang
6. Logam
induk di sekitar weld joint, ada yang termakan oleh elektrode sehingga
mengalami pengurangan tebal. Cara penanganan dengan dilas.
7. Banyaknya
slag yang belum dibersihkan padahal bagian tersebut telah mengalami
proses produksi selanjutnya seperti pengecatan. Hal ini malah pembuatan
waktu produksi dan material terbuang sia-sia, karena perbaikannya
membutuhkan waktu yang cukup lama dan adanya cat yang terbuang.
8. Pemasangan
stopper banyak yang melintang sehingga alur berdeformasi hanya terdapat
dalam dua arah (mudah menimbulkan crack). Pemasangan stopper yang benar
adalah membentuk sudut 60 derajat terhadap edge joint (alur deformasi
lebih luas).
E. Erection
Tahap
ini merupakan penyambungan seksi/blok kapal yang telah selesai
dikerjakan pada tahap assembly, misalnya untuk pembangunan dengan metode
seksi adalah, seksi blok dasar, seksi blok lambung, seksi blok sekat
melintang dan, seksi blok deck, sesuai dengan letaknya sehingga
terbentuk badan papal. Jenis pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini
adalah :
a. Loading
Pekerjaan yang dilakukan yaitu pengangkatan atau pemindahan seksi blok yang sudah ada di building berth dengan bantuan crane.
b. Adjusting
Meletakkan
seksi blok pada keel blok dan side blok yang telah diatur sesuai dengan
marking dok serta mengatur paju pada keel blok dan side blok yang
kurang tepat agar seksi blok tersebut tidak bergerak dan untuk kelurusan
antar seksi blok.
c. Fitting
Pekerjaan
fitting yaitu meletakkan seksi blok sesuai pada tempatnya, kemudian
dilakukan las ikat atau memasang pelat setrip agar seksi tersebut tidak
bergeser sehingga benar-benar siap untuk dilakukan pengelasan.
d. Welding
Sebelum
dilakukan pengelasan penuh, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
ketepatan usuran dan bentuk serta kelurusan dan kedataran seksi blok
oleh pihak Quality Assurance dan class. Dan jira sudah tidak ada
masalah, maka dilakukan pengelasan denga metode dan urutan pengelasan
yang sesuai. Setelah pengelasan selesai, dilakukan pemeriksaan terhadap
hasil pengelasan tersebut, agar produk kapal sesuai dengan standar mutu
yang telah disepakati.
e. Finishing
Pekerjaan
finishing yaitu menghilangkan cacat-cacat baik karena deformasi sebelum
maupun akibat pengelasan pelat pengikat atau pengelasan pelat.
Pada tahap erection ini juga dilakukan pekerjaan outfitting mulai dari outfitting pada seksi blok dasar sampai membentuk badan kapal.
Gambar 3.2.12 Proses Erection
III.3 PENGAWASAN PRODUKSI KAPAL
Pada setiap proses produksi kapal di suatu galangan, pelaksanaan pengawasan produksi Sangat berpengaruh besar terhadap output yang dihasilkan dalam pembangunan kapal tersebut. Dengan adanya pengawasan pada pada proses produksi kapal, pemenuhan kualitas produk berdasarkan stándar kualitas yang telah disepakati akan lebih terjamin. Pengawasan yang dilakukan merupakan tindakan pencegahan untuk menghindari terjadinya kesalahan pada proses produksi yang pada akhirnya akan menekan biaya produksi dan meningkatkan mutu produksi.
Pengawasan dilakukukan mulai dari perencanaan, proses produksi, sampai dengan performance hasil produksi tersebut. Sehingga penyimpangan dari estándar kualitas maupun spesifikasi kapal dapat dihindari lebih awal dan apabila terjadi kesalahan dapat segera diperbaiki dengan prosedur yang diijinkan. Dengan demikian biaya dan waktu produksi dapat ditekan serta kualitas produksi dapat lebih terjamin.
Dalam pelaksanaan pengawasan produksi, pengawasan dan pemeriksaan ketepatan dilakukan tiap hari menurut jadwal yang telah ditentukan oleh pihak yang terkait dalam pemerikasaan tersebut yaitu jadwal pembangunan kapal dengan kegiatan pokok mengadakan pemeriksaan, pengukuran dan pencatatan data hasil pengukuran.
Pemeriksaan secara langsung kualitas hasil pekerjaan pada setiap proses dilakukan secara insentif checker, QA/QC dan manager proyek. Peranan surveyor klasifikasi dan owner surveyor dalam pengawasan dan kendali mutu adalah untuk mengadakan kualitas hasil pekerjaan sehingga mutu kapal tersebut tidak menyimpang dari standar mutu dan spesifikasi yang telah disepakati.
Tempat-tempat yang perlu diperiksa dapat langsung diketahui melalui lembar periksa (check sheet) yang diterima dari QA/QC. Untuk tiap tahap pengerjaan item-item yang perlu pengawasan dan pemerikasaan adalah sebagai berikut :